Cara Mengatasi perasaan dan emosi saat putus tiba tiba

Tips Mengatasi Emosi saat harus putus sama pacar tercinta


Putus sama pacar rasanya seperti kiamat. Tapi bisa di bawa santai kok. Karena ada caranya mengatur emosi. Enggak sulit asal mau. Berani mencoba?




Seperti mau "mati" rasanya kalau mendadak serentak harus putus sama pacar tercinta. Tidur jadi susah, makan tak tertelan, melihat bulan yang cantik hati terasa tercabik-cabik. Pokoknya enggak enak, deh. Apalagi membayangkan kita akan menghadapi pertanyaan teman-teman atau keluarga. Menghadapainya sendiriannya saja sudah sulit, bagaimana kalau ditambah dengan pertanyaan, "kenapa bisa begini kenapa bisa begitu?" dari orang-orang di sekitar. Ini adalah salah satu alasan terkuat yang membuat kita enggak memutuskan hubungan pacaran, kalaupun hubungan tersebut sudah kita rasakan tidak sehat lagi. Alasan lain yang paling banyak ditemukan adalah banyak sekali di antara kita yang cemas menjadi single fighter lagi. Sehingga sering kali kita fight untuk sesuatu yang sebenarnya sudah tidak dapat di pertahankan.

Lalu, apakah ada rumus khusus untuk memutuskan, apakah kita masih akan lanjut dengan si dia atau kita malah harus putus? Rumus khusus sebenarnya tidak ada. Keputusan untuk mengakhiri suatu hubungan terkait pada faktor internal dan eksternal dari hubungan tersebut. Faktor internal adalah faktor dari pasangan yang menjalin hubungan tersebut menyangkut masalah persepsi, prinsip dan komitmen. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor di luar pasangan. Misalnya, faktor keluarga yang tidak setuju dengan hubungan kita. Tentu saja ada perbedaan pertimbangan ketika harus memutuskan hubungan sesuai dengan jenis masalahnya.

Faktor keluarga memang bisa jadi pertimbangan untuk memutuskan hubungan. Untuk yang satu ini kita dapat mencoba dan mempertimbangkan masukan-masukan yang didapat dari keluarga. Perhatikan alasan yang disampaikan oleh keluarga. Jangan-jangan alasan mereka sebetulnya tidak prinsip. Jika begitu, maka kita bisa membahasnya dengan si pacar, dan mendekatkannya dengan keluarga. Tak kenal maka tak sayang, kan? Pendekatan terhadap keluarga dan si dia dalam hal ini memang memakan waktu. Jangan bosan, karena kalau di temukan jalan tengah, maka ada kemungkinan hubungan kita masih bisa di pertahankan.

Jika permasalahan yang timbul adalah masalah internal, maka langkah paling diperlukan dalam hal ini adalah jujur pada diri. Kenali masalahnya dengan baik. Nasehat basi, ya. Tapi bener deh, sering kali kita tidak bisa lihat masalah dari hubungan kita dengan baik karena kita (tanpa sadar) enggan jujur pada diri sendiri.

Kalau memang kesalahan yang diperbuat pasangan kita tidak dapat di maafkan untuk versi banyak orang, cobalah untuk menilai kesalahan pasangan kita dalam versi diri kita sendiri. Dalam artian, ukuran yang kita miliki tentu saja berbeda dengan ukuran orang lain. Yang paling penting adalah intropeksi lagi ke dalam diri kita. Mencoba mempertimbangkan apakah kita punya andil dalam kesalahan yang diperbuat pasangan kita. Kunci untuk langkah pertama ini adalah jujur pada diri sendiri. Mencoba mengikuti kata hati memang tidak ada salahnya, tetapi akan lebih mudah lagi apabila diseimbangkan dengan jujur pada diri sendiri.

Cobalah Jujur


Salah satu reaksi yang mungkin timbul ketika hubungan yang terjalin mengarah tidak dapat dipertahankan lagi adalah penolakan terhadap kejadian ini. Perasaan bahwa kita telah berbuat yang paling baik selama membina hubungan terkadang malah menghambat untuk berfikir objektif mengenai sebab-musabab mengapa hal tersebut harus terjadi. Penolakan adalah suatu reaksi yang normal bagi siapapun yang tiba diambang putus hubungan dengan pasangan. Kalau ternyata kita memiliki andil dalam kesalahan yang dibuat pasangan kita, berarti kita memiliki alternatif sejauh mana dapat memanfaatkan kesalahan yang telah diperbuatnya. Kejujuran pada diri sendiri sangat diperlukan ketika proses intropeksi dilakukan.

Nah, taruhlah kita ternyata beranggapan tidak dapat memanfaatkan kesalahan yang telah diperbuat, tapi kok masih bingung memutuskan hubungan. Di kepala kita masih berkelebatan pikiran "kalo orang-orang tanya gimana?," " kalau aku nggak punya pacar lagi gimana?", "kalau putus aku bakalan jomlo seumur hidup, nih!" "Kalau pulang malam nanti siapa yang antar jemput?" dan masih banyak pertimbangan lain yang jujur saja, tak seberapa prinsip. Al hasil, kita ragu lagi untuk megambil keputusan.

So, harus bagaimana dong? Yang jelas, kita tidak diwajibkan untuk meneruskan satu hubungan apabila tidak lagi merasa nyaman dengan hubungan tersebut. Kelebatan pikiran yang kemudian jadi pertimbangan itu memang mengganggu. Tapi akan lebih mengganggu lagi apabila kita mempertahankan hubungan tersebut. Karena pasti yang timbul adalah ketidaknyamanan. Terus, kalau sudah begini mana yang akan kita pertahankan?

Belum Kiamat


Putus hubungan dengan pacar bukan akhir dari segalanya. Ada beberapa kiat yang bisa kita terapkan:

Menghapus Jejaknya. Selama pacaran pasti banyak kenangan yang berupa barang-barang pemberiannya, tempat-tempat yang pernah kita datangi berdua, dan sebagainya yang akan mengingatkan ke dia dan membuat hati kita terluka lagi. Nah, mulailah menyingkirkan barang-barang tersebut dan jangan lagi mendatangi tempat-tempat yang penuh kenangan dan mulailah membiasakan diri tanpa bayangan dia.

Jangan Sendirian. Ini adalah musuh utama kalau kita baru putus. Karena kalau lagi sendirian biasanya pikiran kita melayang kemana-mana dan pasti bayangan dia muncul terus. Kalau lagi patah hati usahakan selalu berada di lingkungan banyak orang atau di sekitar teman-teman. Masuk kamar kalau sudah ngantuk berat jadi enggak berlama-lama masuk kamar.

Berfikir positif dan berdamai dengan keadaan. Akhirnya kita akan sadar bahwa memang tidak ada kecocokan di antara kita dan memang tidak semua yang kita rencanakan dan kita harapkan berjalan mulus. Ambil hikmahnya bahwa masih untung bahwa kecocokan ini ketahuan sekarang daripada nanti kalau sudah nikah, kan lebih runyam lagi urusannya.

Be Happy. Kalau akhirnya putus, ya memang enggak jodoh dan itu bukan karena kita kurang baik, kurang bermutu atau kurang ini dan itu. Yang penting jangan gara-gara putus kita manyun saja enggak mengurus diri sendiri. Kita harus tetap meningkatkan harga diri dan tetap percaya diri. Lakukan hal-hal yang dapat menghibur dan menyenangkan diri kita, misalnya nonton film, beli kaset atau CD baru, dan seterusnya yang bisa membuat kita Happy.



Semoga Bermanfaat buat saudara saudaraku sekalian.

Tips putus mulus, rumus putus mulus, ketika harus putus, cara memutuskan pacar, putus pacaran.

Sumber : Kompas, Jumat 06 Juni 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Arsip Blog

Translate Language

Cari Di Internet :